Skip to main content
Menambang dan Menganalisis Data Putus Sekolah Kemdikbud

Menambang dan Menganalisis Data Putus Sekolah Kemdikbud

Penulis: Wailan Montong

Jurnalisme Data--- Data putus sekolah lingkup nasional dan daerah bisa diakses secara terbuka. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI membuka aksesnya. Data tersebut dikelola Pusat Data Teknologi dan Informasi melalui website statistik.data.kemdikbud.go.id tersedia statistik pendidikan. Ketersediaan angka yang ada bisa dimaksimalkan guna mengetahui data keadaan pendidikan Indonesia maupun daerah.

Angka putus sekolah cenderung naik dalam beberapa tahun sebelum pandemi. Namun, memasuki pandemi atau tahun 2020, jumlah siswa putus sekolah berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengalami penurunan. 

Badan Pusat Statistik mendefinisikan angka putus sekolah adalah proporsi anak menurut kelompok usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Adapun kelompok umur yang dimaksud adalah kelompok umur 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Definisi itu bisa dilihat pada tautan ini.

Resep jurnalisme data ini menjelaskan bagaimana mengetahui tren naik-turunnya angka putus sekolah sebelum pandemi dan penurunan saat pandemi.

Proses ini dimulai dengan mengakses data statistik pendidikan dalam situs statistik.data.kemdikbud.go.id. 

Dari tampilan tersebut, terdapat pembagian untuk tingkatan pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA). dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Laman situs tersebut menampilkan beberapa pilihan data berdasarkan lingkup (mulai keseluruhan Indonesia hingga daerah), serta tahun ajaran yang bisa dibatasi hanya mulai 2016/2017 hingga 2020/2021.

Dalam tampilan tersebut, sudah disediakan tabel sesuai tema apa yang diinginkan, terkait statistik pendidikan, sesuai dengan tema yang akan diangkat terkait angka putus sekolah, penulis memilih tabel nomor 15 untuk kategori SD dan tabel 11 untuk SMP hingga SMK.

Saat ini penulis tertarik dengan tren yang terjadi di kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Utara, untuk memperoleh data terkait angka putus sekolah kurun waktu 5 tahun terakhir mulai tahun ajaran 2016/2017 hingga 2020/2021. 

Berikut beberapa langkah yang coba dituangkan melalui resep jurnalisme data kali ini. Sebelumnya, dijelaskan terlebih dahulu apa saja yang digunakan mulai dari penarikan data terbuka, pengolahan, penyajian visualisasi sehingga menemukan kesimpulan. Perangkat yang digunakan yakni google spreadaheet untuk menarik data yang diambil dari situs statistik.data.kemdikbud.go.id.

Menambang Data Dari Laman Kemdikbud

Pengakses bisa memanfaatkan beberapa kolom yang semisal pilihan daerah yang berisikan pilihan mulai keseluruhan Indonesia atau nasional. Data itu bisa diturunkan ke cakupan provinsi. Ada pilihan tahun ajaran juga namun dibatasi hanya mulai 2016/2017 hingga 2020/2021. Dalam tampilan tersebut, sudah disediakan tabel sesuai tema apa yang diinginkan, terkait statistik pendidikan, sesuai dengan tema yang akan diangkat terkait angka putus sekolah, penulis memilih tabel nomor 15 untuk kategori SD dan tabel 11 untuk SMP hingga SMK.  

Gambar1. Tampilan Statistik Pendidikan dari Laman Pusat Data Teknologi dan Informasi Kemdikbud

Berdasarkan data itu, penulis mengambil data untuk Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) tahun 2016/2017 dan mengolahnya dengan Google Spreadsheet. Langkahnya dimulai dengan menarik data angka putus sekolah baik tingkatan SD, SMP, SMA dan SMK relatif sama. Dengan memasukan link ditambahkan dengan kueri dan indeks.

Setelah data terbuka, penulis mulai menarik data yang disajikan dalam web, disalin ke lembaran google spreadsheet untuk mulai diolah dengan memanfaatkan fungsi  =importhtml("http://statistik.data.kemdikbud.go.id//index.php/statistik/table/sd/2016/170000/1/15","table",1).

Rumusan ini digunakan untuk memperoleh data putus sekolah di Sulut terdapat angka 170000 sebagai tanda urutan daerah dari laman yang disediakan, untuk tingkatan, penulis tinggal mengubah tulisan sd dengan tingkatan yang diinginkan dalam hal ini smp,sma dan smk. Sama halnya dengan tahun yang akan dibuka, penulis tinggal mengganti tahun dari 2016, 2017 dan seterusnya. 

Untuk tingkat SMP hingga SMK terdapat sedikit perbedaan di rumusan. =importhtml("http://statistik.data.kemdikbud.go.id//index.php/statistik/table/smp/2016/170000/1/11","table",1). Karena keterangan untuk tabel angka siswa putus sekolah di 3 tingkatan ini, dari statistik pendidikan Kemdikbud dilabeli dengan table 11.

Gambar 2. Tampilan sheet Original Data SD 

Guna memperoleh tabel data yang diinginkan, penulis menyisipkan langkah importxml dengan langkah =importxml("http://statistik.data.kemdikbud.go.id/","//a/@href") untuk mendapat source yang dibutuhkan.

Gambar 3. Tangkapan layar hasil penerapan fungsi importXML yang menghasilkan tautan tambahan 

Setelah data ditarik dari situs Kemdikbud, disalin ke lembaran kerja yang diberi nama sheet original, untuk menandakan data mentah yang disalin. Gunakan hasil pencarian ini dengan menyesuaikan tautan yang hendak dipakai untuk ditempelkan ke bagian belakang tautan awal portal data terbuka tadi. 

Cara yang sama diterapkan pada seluruh data antara tahun 2016-2020. 

Pembersihan Data

Selanjutnya dalam tahapan pembersihan penulis melakukan perekapan data dengan mengelompokkan berdasarkan tahun mulai 2016 hingga 2020. Untuk tingkatan SMP hingga SMK kolom sub jumlah (kolom F dan J) antar jenis kelamin dihilangkan karena tidak dibutuhkan dalam pengolahan data.

Kali ini untuk lembaran kerja diberi nama sheet “rekap” ditambah tingkatan dan tahun 2016-2020. Dimana dalam tampilan tersebut terdapat tabel tahun yang dimaksudkan untuk menjadi penanda data yang ditarik berdasarkan tahun ajaran. Perekapan ini untuk mengetahui, berapa total jumlah siswa putus sekolah kurun waktu 5 tahun ajaran yang diurutkan mulai 2016 hingga 2020.

Gambar 4. Tampilan original data SMP sebelum dibersihkan

Setelah dilakukan pembersihan, dilanjutkan dengan perekapan dengan langkah yang sama dilakukan untuk tingkat SD, yakni penggabungan seluruh data angka putus sekolah mulai tahun ajaran 2016/2017 hingga 2020/2021. 

Gambar 5. Tampilan lembaran rekap data SMA sesudah dibersihkan

Analisis dengan Pivot Tabel 

Hasil dari olahan data setengah jadi, dimanfaatkan guna pembuatan pivot table, untuk semua tingkatan dilakukan dengan cara yang sama yaitu melalui tampilan sheet rekap masing-masing tingkatan yang telah dibersihkan, penulis memanfaatkan pilihan yang ada dalam menu di google spreadsheet. Dengan memilih menu data, terdapat pilihan Table Pivot, setelah menekan pilihan tersebut, langsung diarahkan ke lembaran baru yang berjudul pivot table. 

Gambar 7. Tangkapan layar cara menjalankan fungsi Pivot Table

Di sini, penulis berupaya menghasilkan total jumlah angka putus sekolah dalam kurun waktu 5 tahun terakhr di Sulut dan juga total jumlah putus sekolah di 15 kabupaten kota yang ada di Sulut. Dari tampilan pivot table ini, penulis mengelompokan dua table, dimana untuk tabel bagian atas merupakan total angka putus sekolah tingkat SD yang ada di Sulut, sedangkan tabel bawah, yakni jumlah angka putus sekolah yang terjadi di 15 kabupaten/kota yang ada di Sulut. 

Gambar 8. Tampilan pivot table angka putus sekolah tingkat SD hingga SMK

Dari data ini bisa kita lihat bersama, bagaimana keadaan angka putus sekolah di Sulut lima tahun terakhir. Juga bisa kita ketahui, dari data yang dihimpun oleh Kemdikbud, terkait angka putus sekolah yang ada di 15 kabupaten/kota di wilayah Sulut kurun waktu 5 tahun terakhir.

Hasil Analisis

Melihat angka yang ada terjadi penurunan signifikan angka putus sekolah di wilayah Sulut pada tahun ajaran 2020/2021, padahal diketahui bersama di masa ini merupakan situasi sulit karena dihantam pandemi Covid-19. Berikut hasil olahan data angka putus sekolah nasional yang diproses dengan langkah dan tahapan demi tahapan yang sama, menghasilkan visualisasi sebagai berikut.

Perkembangan putus sekolah tingkat SD  https://datawrapper.dwcdn.net/EDhf0/2/

Dari sini menunjukan terdapat sebanyak 33.176 siswa Sekolah Dasar (SD) di Indonesia yang harus putus sekolah untuk tahun 2016. Dan Sulawesi Utara menyumbangkan 176 siswa. Untuk tahun berikutnya 2017/2018 Sulut mencatatkan 94 siswa SD putus sekolah, atau 0,34% dari skala nasional. Terjadi kenaikan cukup drastis untuk tahun berikutnya yakni 2018/2019, dimana terjadi kenaikan sebanyak sebanyak 128 siswa yang putus sekolah, sehingga mencatatkan total 222 Siswa SD di Sulut yang tidak bisa melanjutkan pendidikan di tahun tersebut. 

Angka yang lebih fantastis lagi, terjadi di tahun berikutnya, dimana untuk tahun ajaran 2019/2020, kenaikan sebesar 100% terjadi, sehingga Kemdikbud mencatat siswa SD yang putus sekolah di Sulut menjadi 444. Tiba di tahun ajaran 2020/2021 dimana pandemi datang menghadang, di saat situasi serba sulit, namun dalam rekapan Kemdikbud angka putus sekolah siswa SD di Sulut tahun ajaran ini hanya berjumlah 30 siswa.

Perkembangan putus sekolah tingkat SMP https://datawrapper.dwcdn.net/8yLyU/1/

Dari hasil penjumlahan menggunakan pivot table yang disediakan docs.google/spreadsheet, diperoleh angka ntuk Provinsi Sulut yang putus sekolah di tahun ajaran 2016/2017 berada di angka 251, kala itu untuk skala Nasional tercatat 38.702 siswa SMP yang putus sekolah. Di saat angka putus sekolah secara nasional terjadi peningkatan di tahun 2017/2018 menjadi 51.190,untuk Sulut terjadi penurunan, bila dibandingkan tahun sebelumnya, dimana data Kemdikbud mencatatkan di tahun ajaran ini terdapat 195 siswa SMP yang dinyatakan putus sekolah. 

Lonjakan besar tersaji di tahun berikutnya yakni 2018/2019. Sulut tercatat menghasilkan 782 siswa SMP yang putus sekolah di tahun ajaran ini. Berlanjut di tahun berikutnya, tahun ajaran 2019/2020, sempat mengalami penurunan meskipun tidak signifikan, menghasilkan angka 587 siswa SMP di Sulut yang putus sekolah. 

Penurunan fantastis tersaji di tahun ajaran "korona" yakni 2020/2021, dari angka ratusan, merosot tajam karena hanya mencatatkan 26 siswa saja yang terhenti saat pembelajaran harus dilakukan dari rumah. Artinya, Sulut menyumbangkan 0,02% angka putus sekolah di Indonesia yang dicatatkan Kemdikbud berjumlah 976 siswa.

Perkembangan putus sekolah tingkat SMA https://datawrapper.dwcdn.net/Zc9sb/2/

Pergerakan siswa SMA di Sulut yang dinyatakan putus sekolah kurun waktu empat tahun sebelum pandemi cukup landai, 2016/2017 saat angka nasional mencatatkan 36.419 siswa, Sulut menyisipkan 311 siswa. Di tahun berikutnya, saat angka nasional mengalami sedikit penurunan menjadi 31.123 siswa. Dari hasil olahan data yang bersumber dari Kemdikbud mencatatkan 278 siswa SMA di Sulut yang putus sekolah di tahun 2017/2018. 

Beralih ke tahun ajaran 2018/2019, terjadi lonjakan yang besar untuk angka putus sekolah SMA di Indonesia, secara nasional tercatat untuk tahun ini terdapat 52.142 siswa. Sulut sendiri mengikuti trend yang terjadi di skala nasional dengan mencatatkan 442 siswa putus sekolah. Saat angka putus sekolah nasional turun signifikan di tahun 2019/2020 menjadi 26. 864, Sulut sendiri hanya berkurang sebesar 79 siswa saja, dan mencatatkan angka 343 siswa. Nanti di tahun 2020/2021, kembali angka luar biasa fantastis, dimana para pasukan putih abu-abu di Sulut tercatat hanya 33 siswa saja yang putus sekolah di tahun angkatan Covid-19.

Perkembangan putus sekolah tingkat SMK https://datawrapper.dwcdn.net/Vo1Qj/1/

Hasil pengolahan data yang diambil dari Kemdikbud, menunjukan situasi pandemi seakan menjadi momentum dunia pendidikan menarik pakem rem untuk menekan laju angka putus sekolah bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Sulut. 

Dari hasil penggabungan untuk tahun 2016/2017 terdata sebanyak 72.744 siswa SMK yang dinyatakan putus sekolah, khusus Sulut sendiri mencatatkan angka terbesarnya untuk tingkatan ini yang berada di capaian 927 siswa. Masuk di tahun 2017/2018, skala nasional mengalami kenaikan angka putus sekolah untuk level ini, walaupun hanya sedikit yakni mencatatkan 73.384. Dan Sulut  mulai mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dengan menghasilkan siswa SMK putus sekolah sebanyak 699. 

Tahun 2018/2019 terjadi kenaikan signifikan angka putus sekolah, dimana secara nasional mengalami peningkatan menjadi 106.013 siswa. Namun Sulut hanya ketambahan 76 siswa saja, alhasil angka putus sekolah siswa SMK di Sulut tahun tersebut berada di 775. 2019/2020 angka putus sekolah untuk merosot tajam, dimana Kemdikbud mencatat angka 32.395, juga terdata satu orang siswi kelas X di luar negeri yang tercatat tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Meskipun skala nasional mengalami penurunan tajam, untuk Sulut sendiri tidak terlalu signifikan karena hanya turun menjadi 472 siswa saja. 

Nanti di era pandemi yakni tahun ajaran 2020/2021 saat angka Nasional terjun bebas menjadi 609, Sulut sendiri hanya mengoleksi selusin lebih siswa SMK putus sekolah dengan catatan 15 siswa saja di tahun ajaran yang sama.

Secara garis besar, dengan perolehan ini bisa diartikan, angka putus sekolah terjadi di tengah situasi pandemi yang disajikan Kemdikbud RI mengalami penurunan signifikan. sementara dari beberapa sumber berita yang ada, menghadirkan suatu kegelisahan akan dunia pendidikan di tengah pandemi meradang, sejumlah pihak menyoroti terkait potensi putus sekolah yang diakibatkan lewat sistem pembelajaran jarak jauh yang dimaksimalkan pemerintah dalam upaya mencerdaskan bangsa.