Pernikahan Usia Dini Ditengarai Penyebab Bayi Kurang Gizi
Jurnalismedata.id ---- Di Kabupaten Sikka, NTT menurut data BPS (2015-2020), rasio dari 10 anak perempuan, terdapat 1 anak menikah dini atau di bawah usia 20 tahun. Hal ini membuat tingkat kematian bayi tinggi, risiko stunting maupun bayi alami berat badan lahir rendah (BBLR).
Seperti kasus yang dialami Alfa (bukan nama sebenarnya) yang tinggal di SIkka. Usianya baru 16 tahun ketika dia hamil. Bayi yang dikandungnya adalah kembar. Alfa rajin mendatangi layanan kesehatan dan mengaku teratur makan makanan bergizi dan susu. Namun berat badan Alfa saat hamil hanya 40 kg.
Saat melahirkan, kedua bayinya harus masuk inkubator, karena berat badan bayi sangat rendah. Seminggu kemudian, salah satu dari bayinya meninggal dunia.
Dari pengalaman Alfa ini menunjukkan bahwa mendatangi layanan kesehatan secara teratur dan makan makanan bergizi selama hamil, ternyata tidak cukup. Alfa dengan berat badan 40 kg sebenarnya mengalami KEK (kekurangan energi kronis) yang sudah dialami bertahun-tahun. Ditambah kemudian hamil di usia remaja yang kemungkinan besar fisiknya belum siap untuk mengandung.
Tingginya prevalensi remaja putri hamil di Kabupaten Sikka, tentu perlu mendapatkan perhatian khusus. Berbagai program diluncurkan pemerintah daerah untuk mengatasi hal ini, mulai dari penyuluhan, pemberian vitamin tambah darah pada siswi SMP/SMA.
Namun itu belum cukup. Angka stunting di Kabupaten Sikka memang menurun, tetapi angka bayi BBLR dan bayi kurang gizi justru meningkat. Salah satu sebab yang ditengarai yaitu faktor ibunya, yang menikah usia dini maupun alami KEK.
Liputan ini dapat disimak di Dari Stunting hingga Kematian Bayi: Buntut Perkawinan Anak di Sikka yang merupakan karya Calin Karmadina.