Skip to main content

Harga Tanah Tinggi, Masyarakat Bawah Susah Punya Rumah

JurnalismeData --- Masyarakat berpenghasilan rendah di provinsi Yogyakarta sulit mempunyai rumah sendiri. Salah satu sebab adalah tingginya harga tanah di daerah yang dipimpin Sultan HB x ini. 

Harga tanah di Jogja melambung tinggi karena berbagai sebab. Pertama, tanah provinsi ini tidak luas, sementara Yogya menjadi destinasi wisata unggulan. Akibatnya banyak investasi pariwisata (hotel, restoran, dll) yang berebut lahan yang tidak banyak, Kedua, diperkirakan 40% pemilik rumah/lahan di Yogya adalah orang luar Yogya, Mereka ingin menikmati hari tua atau menyekolahkan anak di Yogya, sehingga investasi tanah/rumah.

Tingginya permintaan dari pada ketersediaan tanah, membuat harga tanah melambung tinggi,  Seperti di kawasan Malioboro, harga per meter sudah mencapai 70 juta rupiah. 

Harga tanah yang tinggi berbanding terbalik dengan masyarakat berpenghasilan rendah, Contoh buruh dengan Upah Minimum Provinsi (Kota Yogya) adalah 2,1 juta/bulan. Tentu angka ini tidak cukup untuk mencicil rumah-rumah non subsidi di Yogya yang harganya 450-an juta ke atas. 

Rumah subsidi yang berharga sekitar 150 juta tidak banyak dibangun di Yogya. Penyebabnya tidak banyak pengembang mau membangun rumah subsidi dari pemerintah, Karena subsidinya berupa keringanan pajak atau bunga, Tetapi harga tanah tetap tinggi, sehingga pengembang merugi. 

Akibatnya masyarakat berpenghasilan rendah, mengandalkan sewa/kontrak rumah yang tidak layak, Bagaimana situasi dan suitnya memiliki rumah di Yogya, digambarkan dengan baik dalam liputan yang dikerjakan oleh Bhekti Suryani dan Sunartono dalam berita: Susahnya Buruh Murah Punya Rumah di Jogja